PEKANBARU - Festival Kue Bulan atau Zhong Qiu yang dipusatkan di Jalan Karet, Pekanbaru, Jumat (29/9) malam berlangsung meriah dan diikuti ribuan warga.
Mengusung tema "Merajut Kebersamaan Menuju Indonesia Maju", kegiatan itu dilepas secara resmi oleh Penjabat (Pj) Walikota Pekanbaru Muflihun S.STP M.AP diwakili Sekretaris Daerah Kota (Sekdako) Indra Pomi Nasution, ST M.SI.
Di kesempatan itu, Indra Pomi menyampaikan apresiasi sekaligus terima kasih kepada panitia pelaksana yang telah sukses menggelar Festival Kue Bulan.
“Ini memang sebuah tradisi dari masyarakat Tiongkok yang sudah turun temurun. Bayangkan dari abad 16 sebelum Masehi sudah diperingati dan dilaksanakan di Tiongkok," ujarnya.
Menurut Indra, Festival Kue Bulan tersebut bisa menjadi ajang silaturahmi guna memupuk kekompakan dan kebersamaan dalam membangun Kota Pekanbaru yang lebih maju.
"Jadi Indonesia ini memang banyak elemen masyarakat termasuk di Pekanbaru. Ada 37-an etnis di Pekanbaru termasuk Tionghoa, ini merupakan etnis yang kita anggap sama di Pekanbaru. Gabungan etnis ini menjadi masyarakat Melayu Kota Pekanbaru, yang mana semua mesti bersatu padu untuk membangun Pekanbaru," ucapnya.
Berkenaan dengan Festival Kue Bulan, Indra Pomi menyatakan jika pemerintah kota setempat sangat menyambut baik dan berharap menjadi agenda tahunan. Ke depannya, kegiatan serupa juga bisa diikuti warga Tiongkok lainnya yang ada di Indonesia khususnya di wilayah Riau.
"Nanti tak hanya diikuti oleh masyarakat Pekanbaru tapi dari luar Riau seperti Selatpanjang, Rohil, Bengkalis, bahkan harapannya dari luar Riau juga seperti Jakarta dan daerah lain datang kesini untuk menyaksikan Festival Kue Bulan," harapnya.
"Juga harapan ke depan kita bisa lebih makmur, sehat dan bisa bersama membangun Pekanbaru dan Riau," tutupnya.
Di tempat yang sama, ketua pelaksana acara Romo Toni mengatakan bahwa dalam rangkaian Festival Kue Bulan juga diadakan perlombaan menghias lampion, lomba fotografi dan berbagai kegiatan lainnya.
"Kami ucapkan terima kasih kepada seluruh organisasi yang telah hadir. Ada sekitar 1.650 orang yang ikut dalam kegiatan kita. Dan kalau ditambah dengan pengunjung mungkin sampai 2.000 orang," ujar dia.
Dirinya mengatakan kegiatan malam ini berjalan lancar dan sangat meriah. "Apalagi kemarin sempat terhenti selama tiga tahun karena Covid-19. Dan kita lihat malam ini sangat meriah," tuturnya.
Sementara itu, Ketua PSMTI Riau Stephen Sanjaya menceritakan histori dari perayaan ini adalah mau memasuki musim dingin (gugur) yang sebelumnya itu dari musim panas (Mei - Agustus). Pada saat itu juga hasil panennya baik sehingga disyukuri. "Biasanya orang dulu festival ini menjadi ajang mencari jodoh. Karena keliling pakai lampion. Jadi kan berkumpullah, sehingga jadi ajang untuk mencari jodoh juga," Stephen Sanjaya menceritakan.
Ia menjelaskan, dikatakan Kue Bulan itu berasal dari Sejarah Putri Bulan. Jadi ada seorang raja memberikan obat ramuan kepada seorang wanita. Harusnya obat tersebut diberikan kepada suaminya.
“Raja atau Kaisar itu berpesan agar ramuan tersebut diberikan setengahnya kepada suami perempuan tersebut dan setengah lagi untuk perempuan tersebut. Tapi karena terlalu senang, dirinya justru meminum semua ramuan tersebut. Setelah itu, tubuhnya menjadi ringan," terangnya.
"Pada saat dirinya mulai mau melayang, dia mencoba meraih sesuatu agar tubuhnya tidak terbang. Yang diraih itu kandang kelinci dia termasuk kelincinya ada di dalam dibawa. Makanya dia naik ke bulan, sehingga disebut Putri Bulan. Makanya di dalam kue bulan itu biasanya ada kuning telur yang melambangkan bulannya itu," ulasnya.
“Dan dipercaya itu kedua suami istri tersebut di setiap tahun pada tanggal lunar tanggal 15 bulan 8 itu mereka bertemu lagi," sambung Stephen Sanjaya. (Advertorial)